Kamis, 21 Juni 2012

Nitril



Nitrile rubber 



Karet Nitrile, juga dikenal sebagai Buna-N, Perbunan, atau NBR, adalah kopolimer karet sintetis dari akrilonitril (ACN) dan butadiena. Perdagangan nama termasuk Nipol, Krynac dan Europrene.
Karet butadiena Nitrile (NBR) adalah keluarga dari kopolimer tak jenuh monomer butadiena 2-propenenitrile dan berbagai (1,2-butadiena dan 1,3-butadiena). Meskipun sifat fisik dan kimia berbeda-beda tergantung pada komposisi polimer tentang Nitrile, bentuk karet sintetis umumnya tahan terhadap minyak, bahan bakar, dan bahan kimia lainnya (Nitrile lebih dalam polimer, semakin tinggi resistensi terhadap minyak tetapi lebih rendah fleksibilitas material).
Hal ini digunakan dalam industri otomotif dan penerbangan untuk membuat selang bahan bakar dan penanganan minyak, segel, dan grommets. NBR kemampuan untuk menahan berbagai suhu dari -40 ° C sampai 108 ° C membuat material ideal untuk aplikasi aeronautika. Nitrile butadiena juga digunakan untuk membuat barang dibentuk, alas kaki, perekat, sealants, spons, busa diperluas, dan tikar.
Ketahanan NBR membuat bahan berguna untuk laboratorium sekali pakai, pembersihan, dan sarung tangan pemeriksaan. Nitrile karet lebih tahan dari karet alam untuk minyak dan asam, tapi memiliki kekuatan lebih rendah dan fleksibilitas. Nitrile sarung tangan yang tetap tiga kali lebih tahan tusukan dari sarung tangan karet alam.
Nitrile karet umumnya tahan terhadap hidrokarbon alifatik. Nitrile, seperti karet alam, dapat diserang oleh ozon, hidrokarbon aromatik, keton, ester dan aldehida.



Kamis, 14 Juni 2012

Poliester (Tugas Kelompok 2)


Serat poliester pertama kali diperkenalkan pada tahun 1953, poliester merupakan polimer yang diperoleh dari reaksi senyawa asam dan alkohol. Calico Printers Association dari Inggris menyempurnakan penelitian Dr. Carothers dari Du Pont dan memperoleh paten untuk seluruh bagian dunia kecuali Amerika Serikat yang khusus ditangani oleh Du Pont.
             Serat poliester cepat sekali memperoleh perhatian konsumen oleh karena sifat mudah penanganannya (easy care), bersifat dicuci langsung dipakai (wash and wear), tahan kusut dan awet. Sifat pakaiannya lebih sempurna apabila dicampur dengan serat wol atau kapas. Serat poliester menunjukan jenis serat yang paling cepat dalam perkembangannya. Apabila dilihat dengan miskroskop nampak serat poliester hampir serupa dengan serat nylon, yakni memanjang seperti silinder dan penampang lintangnya bulat seperti pada umumnya serat sintetik yang dibuat dengan pemintalan leleh. Tetapi serat poliester tidak tembus cahaya atau transparan seperti halnya serat Nylon. Kekuatan dan ketahanan terhadap gosokan serat poliester tinggi, tetapi sifat kembali dari mulur (tensile recovery) pada peregangan tidak sebaik serat Nylon.
Serat poliester merupakan suatu polimer yang mengandung gugus ester dan memiliki keteraturan struktur rantai yang menyebabkan rantai-rantai mampu saling berdekatan, sehingga gaya antar rantai polimer poliester dapat bekerja membentuk struktur yang teratur. Poliester merupakan serat sintetik yang bersifat hidrofob karena terjadi ikatan hidrogen antara gugus – OH dan gugus – COOH  dalam molekul tersebut, oleh karena itu serat poliester sulit didekati air atau zat warna. Serat ini dibuat dari asam tereftalat dan etilena glikol.
Disamping sifat hidrofob,faktor lain yang menyulitkan pencelupan ialah kerapatan serat poliester yang tinggi sekali sehingga sulit untuk dimasuki oleh molekul zat warna.
Derajat kerapatan ini akan berkurang dengan adanya kenaikan suhu karena fibrasinya bertambah dan akibatnya ruang antar molekul makin besar pula. Molekul zat warna akan masuk dalam ruang antar molekul.
Sifat Fisika Poliester
      1.  Elektrostatik
       Serat poliester sangat menimbulkan elektrostatik selama proses. Selain itu kain poliester bila bersentuhan dengan kulit akan menyebabkan timbulnya listrik statis. Oleh karena itu perlu ditambahkan sifat anti statik pada serat poliester.
      2.  Berat jenis
            Serat poliester memiliki berat jenis 1,38 g/cm3.
      3.  Morfologi
           Serat poliester berbentuk silinder dengan penampang melintang bulat, atau sesuai dengan bentuk spineret yang digunakan pada saat pembuatanya.
      4.  Kandungan air
         Serat sintetik pada umumnya memiliki kandungan air yang rendah yaitu antara 0-3 % .Serat poliester sendiri memiliki kandungan air 0,4 %
      5.  Derajat kristalinitas
     Derajat kristalinitas adalah faktor penting untuk serat poliester,karena derajat kristalinitas serat sangat berpengaruh pada daya serap zat warna, mulur, kekeuatan tarik, stabilitas dimensi, serta sifat-sifat lainya.
      6.  Pengaruh panas
        Serat poliester tahan terhadap panas sampai pada suhu 220 0C, diatas suhu ini akan memepengaruhi kekuatan, mulur, dan warnanya menjadi kekuningan. Suhu 230-240 C menyebabkan poliester melunak, suhu 2600 C menyebabkan poliester meleleh.
     7.  Sifat Elastis
          Poliester memiliki sifat elastisitas yang baik dan ketahanan kusut yang baik.
Sifat Kimia Poliester
Poliester tahan asam lemah meskipun pada suhu mendidih, dan tahan asam kuat dingin. Poliester tahan basa lemah tapi kurang tahan basa kuat. Poliester tahan zat oksidator, alkohol, keton, sabun, dan zat-zat untuk pencucian kering. Poliester larut dalam metakresol panas, asam trifouro asetat-orto-cloro fenol.

Rabu, 06 Juni 2012

Sintesis Amida

Sintesis Amida Asam Lemak dari Minyak Sawit dan Pengaruhnya Terhadap Oksidasi

Minyak sawit dalam negeri umumnya digunakan untuk pembuatan minyak goreng, margarin, pengemulsi dan sabun. Kebutuhan produk dari minyak sawit diperkirakan akan terus meningkat. Oleh karena itu, diperlukan inovasi dalam proses maupun penggunaan minyak sawit tersebut. Salah satunya adalah amida asam lemak yang dapat dimanfaatkan sebagai pelumas, bahan obat-obatan, kosmetik, dan lain-lain.

Amida asam lemak dibuat dengan cara amonolisis pada ragam suhu 150, 175, 200 dan 2250C selama I jam, lalu pada ragam waktu 1,5; 2 dan 2,5 jam. Produksi reaksi amonolisis pada penelitaian ini disebut dengan produk amidasi, yang diduga terdiri dari campuran beberapa komponen seperti amida asam lemak, asam lemak bebas, gliserol, dan sisa triglesirida yang tidak teramidasi. Keberhasilan reaksi amidasi dilihat berdasarkan banyaknya nitrogen yang terikat oleh produk amidasi. Suhu dan waktu optimum amidasi diperoleh pada 1750C selama I,5 jam dengan %N sebesar 0,1067%. Metode pemisahan amida asam lemak menggunakan pelarut dietil eter memiliki rendemen yang lebih tinggi, yaitu sebesar 30,42% (b/b) dibandingkan menggunakan pelarut HCl dan NaOH sebesar 26,22%(b/b).

Reaksi amidasi menghasilkan produk amidasi yang memiliki bilangan peroksida, bilangan penyabunan, titik leleh dan visikositas yang lebih tinggi dibandingkan RBDPO (Refined Bleached and Deodorized Palm Oil), sedangkan bilangan iodine, bilangan asam, dan kadar air lebih rendah. Semakin tinggi suhu oksidasi maka semakin besar peningkatan peroksida, bilangan asam, dan titik leleh RBDPO maupun produk amidasi, sedangkan bilangan iodine dan kadar air semakin menurun. Visikositas RBDPO maupun produk amidasi cendrung meningkat pada suhu oksidasi 900C dan menurun setelah suhu tersebut. Hasil analisis sifat fisika-kimia menunjukkan bahwa produk amidasi lebih stabil terhadap oksidasi dibandingkan dengan RBDPO.